Jumat, 24 Agustus 2012

Mutiara Peradaban Cuaca pagi ini tidak lagi bersahabat denganku. Entah kenapa setiap aku akan memulai aktifitas, hujan begitu setia menyapaku. “Nasib...... nasib.”, Gerutu Andalus seraya merebahkan badanya di atas sofa empuk favoritnya . Andalus adalah sosok Mahasiswi yang penuh semangat dan mempesona. Tak lama kemudian Mataharipun kembali menampakan senyumnya. Andalus memulai aktifitas untuk meraup ilmu-ilmu yang dimiliki para dosen di Universitas Pilihan Andalus. Yaitu Universitas Cakrawala Surabaya. Sesampai di UCS. “ Tok.. tok.. tok!”, suara ketukan pintu. “ Maaf pak saya telat.”, Jelas Andalus. “Ya, duduk”. Jawab Dosen Dingin. “ Walaupun sikapnya begitu sangat dingin dan killernya minta ampun, tapi Dosenku yang satu ini memang super demokratis dan pengertian. Sorotan matanya yang tajam membuat orang yang melihatnya tak kuasa untuk memandang.”, Gumamku dalam hati seraya duduk di sebelah Tata. Setelah jam kuliah selesai. Seperti biasa, aku dan Tata kumpul bersama teman-teman satu komunitas dalam BEM. Sesampai di kantor BEM, aku dan Tata melihat Damas dan Stevian sedang beradu mulut yang disertai dengan pukulan-pukulan ringan. Sehingga mengakibatkan keduanya jatuh ke lantai. “ Stop!” teriakku dan Tata hampir bersamaan. “Kalian berdua ini apa-apan sich?, Bukannya kalian berdua segera menyelesaikan tugas yang kalian emban. Tapi malah bertengkar tidak jelas kayak gini.”, Cerocos Andalus tanpa titik dan koma. “Iya nich!, ada apa sich?”, Lanjut Tata. “ Kamu tanya aja sama Stevian apa yang terjadi!.”, Balas Damas singkat. “ Sorry-sorry?, aku cuman tidak sengaja gangguin Damas lagi ibadah. Padahal aku tadi hanya ingin ngajak bercanda saja. Aku kan tidak begitu tau tentang agama Damas, jadi aku kira Damas tadi sedang yoga. Mungkin karena ketenangan Damas aku usik jadi dia marah dan jadi emosi. Hinggga akhirnya timbulah sedikit konflik. Maafin aku ya Sob?, aku benar -benar gak tau.”, jawab dan jelas Stevian dengan rasa bersalah teramat dalam. “ Fiuh..!, yasudahlah!, kamu tidak salah sob. Aku saja mungkin yang terlalu emosi.”, Jawab Damas lembut. “ Gitu donk! , kalo gitu kalian jabat tangan dulu.”, Usul Andalus. “ Agama kita emang berbeda-beda sob, tapi kita tidak boleh menjadikan itu semua sebagai benteng atu batasan kita untuk hidup bersosial. Yang jelas kitakan Bineka Tunggal Ika, betul gak?.”, Tambah Tata dengan gaya orator khasnya. “Betul!!”. Koor seisi ruangan. Tiba-tiba dari luar terdengar suara seorang perempuan yang khas dengan suara melengkingnya. Siapa lagi dia kalau bukan Rinjani. “ Apa – apaan nich?. Lagi kompakan gak ngajak-ngajak.”, Cerocos Rinjani yang merasa dirinya kehilanagan ivent hangat dengan sahabat-sahabatanya. “ makanya, jangan semedi di perpustakaan terus. Jadi orang gak up to date kan dengan kita.”. ceplos Stevian dengan nada meledek. “ Ich...., kamu ngejek ya?.”, Gerutu Rinjani sambil manyun. “ Aku ini gak ngejek, tapi bicara tentang fakta yang ada.”, jawab Stevian enteng. Sekeketika semua yang ada di ruangan itupun tertwa melihat perdebatan Rinjani dan Stevian yang khas dengan gaya kekanak-kanakannya. “ Udah-udah, sekarang kita duduk di tempat masing-masing. Karena mungkin otak kita sudah fresh. Sekarang kita lanjutkan untuk memulai membahas mengenai program yang akan kita laksanakan minggu depan.”, Ucap Damas berwibawa selaku ketua BEM. “ Bagaimana kalau kita adakan program kita ini kepada para pengangguran saja.”, Usul Tata yang disetujui Stevian dan Rinjani. “ Kalo kamu sendiri Nda?.”, tanya Damas pada Andalus. “ Kalau usulku sich, program kita ini kita fasilitaskan untuk para pedagang kaki lima saja. Karena apa?, sekarang ini banyak sekali penggusuran yang akhirnya akan menimbulkan tingginya angka pengangguran. Jadi kalau para pedagang kaki liam tetap eksis dengan keahliannya, kemungkinan mereka akan bisa lebih bangkit. Jika usahanya meluas, maka mereka bisa membuka lapangan pekerjaan. Dan Secara tidak langsung itu bisa mengurangi angka pengangguran yang ada di Indonesia.”, Papar Andalus agak panjang. “Briliant juga pendapatmu, aku setuju. Dan kelihatannya itu jauh lebih baik.”,setuju Damas yang kemudian di setujui juga oleh beberapa anggota hingga menyeluruh. “Kenapa sich usulan aku tidak pernah di Accept?, selalu saja mendapat sanggahan dan akhirnya tidak di ambil untuk menjadi sebuah keputusan. Nyebelin banget tau. Dan kenapa selalu usulan andalus yang kalian terima. Gak fair banget.”, Protes Tata yang di iringi langkah meninggalkan Ruang BEM. Sehingga pembelaan Andaluspun tak sempat di utarakan. “Aduh... gimana nich.. ?, Tata marah sama aku. Emangnya tadi ada ucapanku yang menyakitinya ya?.”, Gumam Andalus yang tak sengaja di dengar oleh Rinjani. “ Jelas saja Tata Sewot, Tata itu cemburu sama kamu. Dari awal kita jadi Anggota BEM, Tata itu suka sama Damas. Sedangkan Damas suka sama kamu. “ Upps!!” Tiba- tiba damas menutup mulut Rinjai. Dan terlihat wajah Merah Andalus yang sedikit tersembunyi di balik jilbab birunya. “ Jangan dengerin omongannya Rinjani!, Obsesi Sutradaranya lagi kambuh.”, Bela Damas untuk mengembalikan suasana sekaligus menutupi rasa malunya. Andalus hanya membalas dengan senyuman. “ Kalo gitu aku mau nyusul Tata dulu. Assalamu’laikum.”, pamit Andalaus. “Wa’alaikumsalam”. Jawab Damas seorang. Karena di dalam Forum tersebut yang beragama islam hanya Andalus dan Damas. Sedangkan Tata dan Stevian Beragama Kristen. Dan Rinjani beragama Hindu. Walau mereka berbeda dalam kepercayaan. Mereka semua adalah sahabat rainbow. Karena di dalam rainbow terdapat macam-macam warna yang menyatu menjadi pelangi. Sampai-sampai kita menamai persahabatan ini dengan D’STAR ( Damas, Stevian. Tata, Andalus dan Rinjani). Indah bukan?. Tampak Tata menyendiri di taman kampus. Dan tanpa Tata sadari, ternyata semua isi hati Tata yang dia utarakan pada boneka Cupid yang ia anggap sebagai penggganti bundanya yang telah meninggal yang selalu ia bawa kemana-mana. Andaluspun bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Tata. “ Maafin aku ya ta?”, Ucap Andalus seraya duduk disebelah Tata. Seketika Tata menghapus Air matanya. “Kamu gak perlu minta maaf kok Nda!, memang aku yang salah. Gak seharusnya aku egois dan mengharuskan untuk mengambil pendapatku. Dan memang sudah jelas pendapatmu itu jauh lebih tepat.”, Papar Tata sambil tetap memandangi boneka Cupid kesayanganya. “ Ssst, kamu gak boleh ngomong apa-apa saat ini. Karena semakin kamu banyak menjelaskan semuanya padaku, aku tau bahwa kamu semakin bohong sama aku. Ucap Andalus disertai memegang tangan Tata untuk sedikit menenangkannya. “Maksud kamu?”.tanya Tata tak mengerti. “Sudahlah Ta..., aku sudah tau semua kok. Kamu suka dengan Damas kan?. Selama ini kamu takut mengungkapkan perasaanmu karena kalian beda keyakinan. Kamu juga tadi tidak sepenuhnya meninggalkan ruangan karena pendapat kamu yang tidak dipakai, tapi karena kamu cemburu.”, jelas Andalus sembari menghapus sisa air mata yang ada di pipi Tata. Dan wajah Tata semakin merah karena terbalut dengan rasa malu dan haru kemudian Tata memeluk erat Andalus. “ Sekali lagi maafin aku ya Nda?, Setelah aku fikir-fikir. Sebenarnya aku tidak sepenuhnya cinta sama Damas. Mungkin ini hanya rasa kekagumanku saja dengan sosok laki-laki multitalenta seperti Damas. Dan aku juga baru sadar, bahwa aku memiliiki sahabat yang sangat baik dan bisa welcome pada semua orang dengan apa adanya. Bukan karena ada apanya pada diri mereka.”, Jelas Tata yang masig di dalam eplukan Andalus. “Ah.., kamu bisa saja.”, Ucap Andalus malu. “O ya!, Tadi rapat terhenti karnea aku mogok ya?. Hehe, maaf ya?.”, ucap Tata sembari melepas pelukan. “Iya, gara-gara kamu mogok, rapat tidak seru. Becacause tidak ada miss galak lagi dech.”,canda Andalaus untuk mengubah suasana. Dan gelagak tawa kedua sahabat itupun akhirnya terlepaskan kemudian kembali ke tempat rapat. Tiba di ruang BEM. “Maafin aku ya Friends?, aku memang masih terlalu kekanak-kanakan dan egois.”, Ucap Tata dengan nada menyesal sambil duduk di tempat yang sama. “ Iya gak papa kok!, kita semua bisa memahami.”, Balas Rinjani disertai senyuman dan pelukan persahabatan. “Ok!, karena keadaan sudah netral. Kita teruskan rapat kita.”, ajak Damas bersemangat. “ Jadi, seperti keputusan awal. Setelah program ini clear. Kita langsung membagikan hasil fasilitas yang kita dapat dari para pedagang kaki lima untuk para korban bencana di sekitar lereng Merapi.”, Papar Rinjani. “Great!, ide bagus.”, ucap kompak seluruh anggota tanda usulan tealah disepakati. Surabaya, 14 November 2010 Pagi itu kita memulai perjalan mulia kita dari peresmian “ Pearl Area”, yaitu sebutan fasilitas yang Anggota BEM buat untuk para pedagang kaki lima. Yang letaknya tak begitu jauh dari Kampus dan pusat lalu lalang masyarakat. Jam 10.00 WIB, kita langsung meluncur menuju Daerah Istimewa Yogyakarta dan sampai disana malam hari kita tidak langsung terjun menuju area pengungsian. Tapi kita putuskan untuk beristirahat dan melanjutkan misi di keesokan harinya. Andalus memang selalu bangun di waktu sebelum subuh. Karena kebiasaanya sholat di 1/3 malam. Yang dilanjutkan dengan membaca Al-Qur’an. serta menanti datangnya Waktu subuh. Waktu pagi di sekitar lereng Gunung merapi memang sangat memprihatinkan. dulu daerah ini terkenal dengan alamnya yang bersahabat dan udara bersih yang menyehatkan. Kini telah berbalik keadaan 45 o. “ Andaikan aku bisa merubah keadaan. Akan aku rubah semua bencana menjadi sebuah Anugerah terindah, aku akan merubahnya. Mungkin Allah memiliki rahasia lain di balik semua bencana yang menimpa Negaraku akhir-akhir ini. Ratapan dan tangis mereka tak kuasa aku lihat.”, Gumam Andalus dalam hati. Lamunan Andalus buncah dikala sahabat-sahabatnya telah bangun dari peristirahatannya. “Kalian semua sudah bangun?”, sapa Andalus kepada ke empat sahabatnya. “Kamu udah bangun dari tadi ya Nda?”, tanya Rinjani sambil mengucek matanya. “Iya, soalnya aku ingin mengetahi daerah sini ketika pagi akan menyapa seperti apa. Ternyata Naturalnya masih ada.”, Papar Andalus kepada sahabat-sahabatnya. “ Tapi Damas kamana ya?, kok aku juga gak lihat dia dari bangun tidur tadi sampai sekarang?.”, Tanya Stevian karena dia merasa paling ganteng sendiri di antara para Hawa ditempat itu. “ Damas dari tadi masih kepasar untuk mencari sesuatu yang bisa kita makan untuk breakfast”, jawab Andalus yang tau kepergian Damas. “ Ya sudah kalian mandi saja dulu, bau tau?.”, Canda Andalus kepada ke tiga sahabatnya itu. “ Huuu, mentang-mentang dah mandi aja ngejek nich?”, sahut Tata dan Rinjani hampir bersamaan. “ Hehehe, ya... begitulah!”. Jawab Andalus santai dengan senyuman. Setelah makan pagi dan semua sudah siap. Kita melanjutkan misi untuk mengunjungi korban disekitar lereng gunung merapi. Saat kita mengunjungi salah satu penduduk di pengungsian. Hatiku terasa luruh ketika aku melihat seorang gadis kecil kira-kira berumur 10 tahun dengan tenang membaca Al-Qur’an dengan lantunan yang sangat indah . Ketika aku mendekatinya. Anak itu langsung menyudahi lantunan yang ia nikmati. “ Kakak mengganggu ya? ”, sapa Andalus kepada gadis kecil itu. “ Tidak kak.”, jawab gadis kecil itu singkat. “Lalu kenapa kamu menyudahi aktifitasmu?”, Tanya Andalus lagi. “Kan ada kakak datang, jadi aku harus menyambut kedatangan kakak.”, jawab polos gadis kecil itu. Bertambahlah kekaguman Andalus kepada gadis kecil ini. “Nama kamu siapa ?”,Tanya Andalus. “ Namaku Diyah Pitaloka. Kakak bisa memangilku Diyah.”. Diyah memperkenalkan diri dengan ramah. “Kakak sendiri siapa?, kelihatanya aku tidak pernah melihat kakak.”, tanya Diyah dengan kepolosannya. “Kakak mahasiswa dari surabaya. Dan kakak kesini ingin melihat keadaan orang-orang disini tersenyum. Disaat seperti ini apa yang ingin Diyah lakukan?.”, jelas dan tanya Andalus. “ Diyah hanya ingin satu hal kak, yaitu melihat Alam ini tersenyum.”, lagi-lagi Diyag menjawab dengan keharuan. Andalus sangat kaget Mendengar jawaban Diyah. “ Sunggguh aku sangat kagum dan merasa iri melihat Diyah yang memiliki ketabahan yang luar biasa.”, gumam Andalus dalam hati, kemudian Andalus memeluk Diyah seraya berkata “ kamu adalah gadis yang luar biasa”. Keesokan harinya di UHS. Seperti biasa, setelah melaksanakan program. Dalam BEM mengadakan evaluasi. “ Setelah pulang dari pengungsian, aku merasa mendapatkan banyak pelajaran yang sangat beharga. Sungguh ini adalah pelajaran yang sangat tidak ternilai oleh apapun.”, Ucap Damas mengawali. “ Ya, kita semua juga ngerasain hal yang sama seperti kamu. Kita semua mendapatkan pelajaran yang tak ternilai harganya.”, Sahut Rinjani. “ aku menemui anak kecil yang luar biasa. Salah satu nama anak itu adalah Diyah. Anak seperti Diyah itulah mutiara yang sangat beharga untuk kemajuan peradaban yang akan datang. Ketegaran dan semangatnya yang tidak mengenal kata putus asa dan menyerah, mengingatkanku akan perjuangan rakyat indonesia Dimasa lampau. Aku sangat kagum melihat kemuliaan dan ketegaran hatinya.”, Lanjut Andalus dengan nada haru dan kagum. “ Sesungguhnya kalian semualah yang sangat membanggakan. Atas sumbangan ide-ide kalian, negara ini memiliki aset yang sangat beharga di masa akan datang. Dan jika seorang pemuda bisa menyadari peranya sebagai seorang pemuda yang kelak akan merubah peradaban. Maka negri ini akan menjadi negri pusaka abadi dan jaya. Dan jadilah kalian mutiara peradaban itu”. Ucap Drs. Panji Pratama, M.Sos. sekaligus The Best Motivation of BEM. The End By : Anifatul Jannah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar